Kucing Yang Baik Hati


Jika sedang ada duit lebih, aku suka iseng nongkrong di warung tenda pecel lele lamongan. Menikmati sedikit kuliner enak dan berkualitas. Meski harganya nggak sampai 20ribu satu porsi, tetap saja aku menunggu ada duit lebih untuk makan disana, karena kegiatan itu bukan menjadi agenda tetap tiap minggu. Kenapa aku memilih warung tenda? Karena aku nggak terlalu suka restoran2  junkfood, meskipun tentu saja terlihat sedikit keren dan mewah.

Pernah satu kali saat aku sedang asyik menyantap lele goreng itu, aku melihat seekor kucing yang tak biasa. Duduk tepat di depan pintu tenda, tempat orang lalu lalang keluar masuk tenda. Kucing itu hanya duduk manis dan terdiam. Tidak mengeong layaknya kucing kelaparan. Kulirik sejenak ke arahnya, dia terlihat menatapku, aku sempat heran apa gerangan yang aneh pada diriku. Hingga seekor kucing menatapku dengan serius dan khidmat. Seperti seorang ajudan tentara yang sedang melaksanakan tugasnya. Kucing itu benar2 diam seperti celengan. Tak sedikitpun terusik dengan bau ikan lele gurih yang sedang ku santap. Kucing itu benar2 seperti kucing yang pernah ikut kursus manajemen qolbunya  AA Gym, dia tahu bagaimana caranya menahan diri dari hawa nafsu.

Jika kalian ada disini dan melihat wajah kucing itu, SubhanAlloh…kalian pasti akan sependapat denganku, bahwa wajah kucing itu memang terlihat sangat memelas. Matanya itu…!

Aku yang melihat langsung bagaimana kurusnya tubuh kucing itu, tiba-tiba merasa iba dan kasihan. Pada seekor kucing?? Ya nggak papa kan?. Itu tandanya aku masih punya kepekaan melihat ketimpangan social yang nggak adil, meski di dunia kucing. Sebab aku terbiasa melihat kucing yang gemuk-gemuk dan hidupnya makmur. Di setiap jalan yang pernah kulalui. Sekarang ada seekor kucing didepanku yang sepertinya membutuhkan pertolongan. Sebagai seorang manusia yang dikaruniai akal tentu aku tahu apa yang harus ku perbuat. Segera saja ku sisihkan kepala lele yang sedang ku santap dan kulemparkan kea rah kucing itu. Namun aneh, kucing itu sama sekali tak bereaksi terhadap kepala lele yang sudah tergeletak pasrah didepanya. Sempat terpikir olehku, kalau kucing itu buta atau rabun. Tapi dari sorot matanya yang terus-menerus menatapku, kucing itu terlihat normal dan bisa melihat. Sempat terpikir juga mungkin kucing itu vegetarian, lalu kucoba lempar lalapan yang ada di piringku. Plus sambelnya. Orang2 yang melihatku disitu mungkin berpikir aku orang aneh dan kurang kerjaan. Terserah mereka. Perhatianku hanya tertuju pada kucing aneh itu.

Hanya selang beberapa detik ketika akhirnya kulihat kucing itu akan menyantap kepala lele pemberianku , tiba-tiba datanglah dua ekor kucing yang lebih kecil menghampirinya. Kucing yang lebih besar itupun mengurungkan niatnya memakan kepala lele itu dan mempersilahkan dua ekor kucing yang lebih kecil yang baru datang untuk menyantap makananya beramai-ramai. Benar-benar aku dibuat terperangah oleh sikap kucing yang ternyata baik hati itu.

Karena aku juga baik hati dan tidak pelit J, maka kuputuskan untuk membeli seekor lele goreng lagi dan meminta pelayanya untuk membungkus tanpa sambel dan nasi. Niatku ingin kuberikan pada kucing yang baik hati tadi. Setelah selesai membayar dan belum sempat aku beranjak untuk melewati kucing2 tadi, kulihat kucing yang baik hati itu sudah pergi meninggalkan kucing2 kecil yang sedang asyik menyantap kepala lele berikut tulang2nya. Meninggalkanku juga. Ya Tuhan semoga dia mendapat pahala setimpal, aku tak tahu ada relasi apa antara dia dan kucing2 kecil ini, mungkin mereka anaknya atau tetangganya atau mungkin teman baiknya. Yang pasti aku telah dibuat kagum dan terperangah oleh kedermawanan kucing yang baik hati itu. Dan kuputuskan untuk mencarinya sebelum aku pulang untuk menyerahkan lele yang sengaja aku beli untuknya.

Setelah aku berkeliling sekitar warung tenda , aku benar-benar tak menemukan kucing yang baik hati itu. Dia seperti lenyap begitu saja ditelan malam. Karena sudah terlalu malam kuputuskan untuk pulang sambil berharap bertemu dia di tengah perjalanan. Namun hingga tiba didepan rumah aku sama sekali tak menemukan kucing lapar yang baik hati itu, dengan perasaan yang campur aduk kuputuskan untuk membuang bungkusan lele tadi ketempat sampah. Bukanya lebay…tapi benar-benar perasaan ini antara sedih dan kecewa. Sedih karena Tuhan belum mengijinkan aku untuk sedikit berbuat baik, yang mungkin bisa sedikit menghapus dosa-dosaku yang menumpuk.

Bekasi, oktober 2010

7 Tanggapan

  1. thanks buat kunjunganya 🙂

  2. Wow Subahanallah. Sungguh mengagumkan. aku pribadi bebrapa kali pernah ngalamin hal sama. Yah, terkadang hewan lebih arif dan bijak dibanding manusia. salam kenal

  3. Kalau kita pengin riski kita tambah banyak dgn menyayangi kucing /kita memelihara kucing dirumah insyaalloh riski kita makin tambah banyak,tapi malangnya dimalesia ada segelintir orang nepal,bangla yg suka memakan kucing,anjing,ular,ya mungkin karena bukan islam,.

  4. Hehehe….menarik juga pengalaman anda…..dari gaya sohib…aku melihat ada sedikit persamaan antara kita. Aku juga orangnya senang dengan kucing. Biasanya yang seperti itu kucing (yang Sob lihat) adalah kucing betina yang sudah punya anak, dia akan mengalah untuk kucing lain apalagi anak2 kucing sungguhpun untuk urusan makan. Dan kalo dia tidak begitu tertarik/rakus dengan makanan, mungkin dia kucing peliharaan orang yang dibuang. Mungkin begitu Sob hehehehe….

  5. kasian kucingnya.. klamaan ngasih sih,,, jd pergi deh tuh kucing.. ngambek kalee.. hehehe..

Tinggalkan Balasan ke faktadunia Batalkan balasan